Insan Mulia…Pernahkah
kita mendengar kalimat bijak yang
menyebutkan bahwa “di dalam sebuah musibah pasti ada HIKMAH dibaliknya?!”,
adanya hikmah dalam setiap kejadian di atas bumi ini menunjukkan bahwasannya
Allah menjamin Ke-Maha Adilan-Nya dengan memberlakukan sunatullah-Nya, meski
tidak semua manusia mampu dan bisa mengambil pelajaran/ibrah dari apa yang
menimpa mereka tersebut.
Ada sebuah fakta
menarik yang bisa saya bagi dalam
tulisan ini, terkait dengan ujian kehidupan.
Hari hari ini para pelajar
di negri ini disibukkan dengan persiapan akademik dan mental yang begitu
menguras energy, bukan hanya karna kebijakan dunia pendidikan yang
seringkali membingungkan mereka, lebih
dari itu , rentetan persiapan menuju ujian Nasional yang teramat padat dan melelahkan fisik dan psikis
mereka (dari mulai UTS,UAS ,ujian praktek, try out sekolah maupun dinas) terasa
benar menjadi beban yang tidak ringan buat para pelajar. Rasanya hari hari ini
tak sulit bagi kita melihat para siswa yang tampak tak lagi memiliki senyum
se”simetris” dulu.., bahkan beberapa terlihat “pasrah” dengan hasil yang akan
diraih.
Maka digelarlah berbagai
acara motivasi dan doa bersama di berbagai sekolah, dengan harapan mampu
mengangkat mental dan kondisi spiritual yang seakan turum seiring semakin
dekatnya mereka dengan Ujian Nasional (UNAS). Maka Saat kami diberi kesempatan
untuk bertemu dengan ribuan siswa di berbagi daerah dan berbagi MOTIVASI
SPIRITUAL dengan mereka, ada perasaan “kasihan” melihat , betapa mereka harus
dihadapkan dengan kondisi pendidikan yang tidak menentu, dan menjadikan beban
mereka dalam stiap ujian menjadi semakin bertambah tiap harinya.
Nah..ketika berkesempatan
berbagi dengan mereka, seringkali kami lontarkan pertanyaan sederhana sebagai
pembuka sekaligus perubah MIND SET mereka, untuk tidak memandang UNAS sebagai
momok yang menakutkan, dan pertanyaan pembuka tersebut biasanya saya tujukan
pada salah satu peserta yang saya pilih secara acak. Saya Tanya nama dan
keinginannya masuk ke sebuah PTN tertentu, sambil saya lanjutkann dengan
kalimat,
“berapa usiamu nak..?”
dia menjawab “ delapan belas tahun pak..”
Maka sayapun akan segera
menimpali dengan kalimat berikutnya,
“Jika delapan belas,
berarti kamu pernah melewati usia tujuh belas tahun dalam hidupmu kan?!”
Serentak biasanya mereka
akan menjawab “ iya.pasti dong pak”, “ nah ketika usiamu bertambah, dari 17
menjadi 18 tahun, apakah kalian merasakan sesuatu..atau muncul kecemasan,
gelisah, takut saat detik detik
terjadinya perpindahan usia dari 17 ke 18 tersebut , ataukah kalian melewatinya
biasa saja, tanpa ada peristiwa yang harus dicemaskan?!”…dan pasti merekapun
menjawab “iya pak biasa saja..”
Maka saat itulah saya
membuat kesimpulan untuk merubah cara pandang mereka bahwa, ujian nasional tak
ubahnya seperti saat akan beralihnya usia mereka, artinya dia merupakan
kenisacayaan hidup yang memang harus dilalui untuk bisa masuk ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, sehingga tidak haru sangat cemas, takut, grogi, yang penting
adalah bagaimana berusaha dengan cara yang terbaik,kecuali mungkin bagi sebagian anak yang tidak berharap sekolah lagi.
Insan mulia…, bukankah
seperti itulah kehidupan kita..?, Allah
menjadikan setiap ujian hidup sebagai sebuah keniscayaan untuk menghantarkan
siapa yang telah lulus untuk mendapatkan balasan terbaik dari-Nya. Lihatlah si
kecil di rumah kita, bagaimana perjuangan jatuh bangunnya saat baru belajar berjalan,
dan bukankah dulu kitapun mengalaminya saat belajar mengendarai dan
mengendalikan sepeda kita?!, bayangkan seandainya saat pertama kali kita jatuh
ketika itu, kemudian ngambek tidak mau melanjutkan belajar lagi.., bisakah kita
menikmati naik sepeda seperti hari ini ?!.
Jadi ..insan mulia, saat
musibah atau ujian datang ingatlah beberapa hal di bawah ini agar menjadikannya
terasa lebih ringan :
1.
Membuat
perbandingan berat ringannya ujian kita dengan hamba hamba mulia terdahulu
Dalam
sebuah hadisnya Rasulullah SAW bersabda :
“Musibah
yang menimpaku, sungguh akan menghibur kaum muslimin”
(Shahih
al jami’ :5459)
“Siapa
saja yang terasa berat ketika tertimpa musibah, maka ingatlah musibah yang
menimpaku, ia tentu akan merasa ringan menrima musibah tersebut”
(HR
Ibnu Abdil Barr)
Jika
kita renungkan ke dua hadis di atas, dan kemudian secara obyektif mau melihat
bagaimna Rasulullah SAW melakukan aktifitas dakwahnya, maka tentulah menjadi
terasa ringan beban hidup yang kita hadapi hari ini, bukankah orang orang yang
memusuhi kita, membenci, menentang bahkan memerangi sangat kecil jumlahnya jika
dibanding saat beliau mengemban dakwah dien ini, insyaAllah dengan cara
membandingkan dan seakan bisa “merasakan” apa yang terjadi dalam dakwah beliau
dan para sahabat RA, kitapun akan menjadi lebih optimis menatap kehidupan.
2.
Meyakini
bahwa di setiap peristiwa ada hikmah dibaliknya
Pernahkah
kita mendengar atau membaca sebuah kalimat bijak yang berbunyi :
“Tidak
ada pelaut hebat yang lahir dari laut yang tenang”
Insan
mulia.., peribahsa atau kata kata bijak di atas terasa sekali kebenaran
obyektifnya, bahwa memang tak aka nada seorang pelaut yang bisa dikatakan hebat
sebelum mampu melewati ujian di atas laut yang sebenarnya, yakni ombak dan
gulungan gelombang disertai badai yang hebat, maka saat ujian mendera,
yakinilah bahwa dengan itulah kita akan menjadi lebih matang , dewasa dan lebih
bijak dalam menghadapi kehidupan ini. Dan terlepas dari semua itu, ujian hidup
yang mampu kita lewati dengan kesabaran dan keistiqamahan berikhtiyar akan
mendatangkan Rahman dan Rahiim Allah SWT dalam wujud pahala kebaikan yang bisa
jadi akan dicairkan untuk kemudahan kehidupan kita nantinya.
(pernahkah
kita merasakan..saat anak anak teman dan sahabat kita banyak yang sakit,
sedangkan anak dan keluarga kita sehat wal afiat, atau saat hampir semua orang
mengeluhkan ketidak harmonisan rumah tangganya, justru kita merasakan hal yang
sebaliknya, insan mulia… bisa jadi saat itu Allah sedang mencairkan tabungan
kebaikan yang pernah kita miliki saat sabar menghadapi musibah atau ujian
hidup)
3.
Yakini bahwa
ujian itu pasti ada batas akhirnya
Allah
SWT menyampaikan secara indah dalam al quran yang Mulia :
“Sesungguhnya
setelah kesulitan pasti ada kemudahan”
(QS
alam nasyrah :5)
Bahkan Sang Maha segala Allah SWT memfirmankan ayat
ini dua kali dlam satu surat yang sama, seakan Allah hendak menghibur kita
bahwa tidak ada kesedihan yang kekal, dan tidak ada musibah yang abadi.
Bukankah hujan badai pasti ada akhirnya, sebagaimana gelap malam berganti dengan
cahaya pagi, bahkan dalam beberapa keadaan, setelah hujan muncul pula pelangi
yang menyedapkan pandangan mata manusia..Subhanallah…seperti itulah ujian hidup
yang kita hadapi.
4.
Yakini bahwa
ujian adalah tanda Allah sayang kepada kita
Allah
maha tahu kemampuan dan batas potensi setiap manusia, sehingga Allah tak kan
pernah membebankan ujian yang kita tidak memiliki kekuatan untuk
menyelesaikannya (lihat ayat terakhir QS Al Baqarah). Dan dengan kemaha kasih
sayangan Allah pula kita mendapatkan “anugerah” ujian hidup di atas bumiNya,
betapa tidak..!, jika kita mau jujur dan obyektif menilai diri, maka
sesungguhnya setiap diri kita pastilah memiliki dosa dan khilaf, baik kepada
sesame manusia, ataupun kpd Allah SWT, maka akumulasi dosa tersebut haruslah
minim jika kita ingin mendapatkan kebahagiaan sorga-Nya, nah ..bukankah ujian
hidup merupakan cara Allah untuk melunasi hutang dosa kita kepada-Nya, karena
dengan sabar atas ujian, dan terus berdoa memohon kemudahan dariNya, insyaAllah
akumulasi tabungan kebaikan kita akan terus bertambah, dan pada akhirnya akan
bisa mengurangi tumpukan dosa dan khilaf kita.
Akhirnya,
Mari kita lewati setiap
ujian hidup dengan berhusnudhan kepadaNya, bahwa kita telah diberi potensi an
kemampuan untuk mengahadpinya, dan keyakinan bahwa Allah teramat adil atas
makhluqnya, sehingga Allah tidak akan pernah member kita ujian hidup yang
melebihi “ketahanan” kita untuk bisa lepas dari permasalahan tersebut.
Kiranya Allah menjadikan
kita pribadi pribadi tangguh yang akan mendapatkan kemulyaan hidup dunia dan
akhirat..aamiin ya Rabbal’alamiin.
( Trainer utama spiritual building center (SBC
Kediri), penulis, Motivator dan pengasuh pengajian Radio dan Masjid)[MPU]
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !