Transformasi nilai Qurban dalam Kehidupan - Majalah Peduli umat
Headlines News :
Home » » Transformasi nilai Qurban dalam Kehidupan

Transformasi nilai Qurban dalam Kehidupan

Written By Nisa Syahidah on Saturday 24 August 2013 | 18:49

jpeg (139×90)Oleh : Muhammad Hatta
Sesungguhnya kami telah memberikan ni’mat kepadamu yang banyak
Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkorbanlah
Sesungguhnya orang orang yang membencimu, dialah yang terputus
(QS al Kautsar 1-3)

Setiap hari besar dalam Islam pastilah mengandung hikmah kemuliaan untuk ditransformasikan dalam Kehidupan, demikian pulalah dengan hari raya ‘iedul adha, sebagai salah satu diantara dua hari raya yang secara syar’i dikabarkan oleh Rasulullah SAW. Setelah lewat Ramadhan 1434 H sebagai pusat tarbiyah spiritual , diikuti dengan munculnya hilal syawal sebagai lambang masuknya kita ke dalam syawal sebagai bulan peningkatan secara maknawi dan bulan peng-aplikasian nilai nilai Ramadhan, maka saat ini jutaan kaum muslimin berkumpul di dua tanah suci Makah – Madinah untuk melaksanakan rukun ke lima yakni ibadah haji, sedangkan milyardan kaum muslimin lainnya yang tersebar di berbagai negara menjalankan “kewajiban Kurban” dengan cara menyembelih binatang qurban, untuk kemudian didistribusikan kepada siapa saja yang memiliki “hak” atasnya.

Ada banyak ibrah dan hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa bersejarah ini. Diawali dari keluarga Ibrahim AS yang dianugerahi oleh Allah SWT putra melalui rahim sayyidah Hajar, wanita yang terangkat derajatnya atas perintah Allah kepada Ibrahim AS untuk menikahinya, dari seorang wanita yang berstatus hamba sahaya menjadi ibunda Nabiullah Ismail AS, yang kelak dari keturunan tersebut terlahirlah Muhammad SAW.

                Dalam keyakinan apapun,  berkurban untuk sesuatu yang kita cintai merupakan sebuah kewajaran kalau tidak boleh dibilang keniscayaan, tidak ada satupun di atas bumi Allah ini yang kita dapatkan tanpa “membayar harganya”, dalam arti pasti ada sebab akibat yang mengikuti sunatullah dan ketetapan Allah atas peristiwa tersebut. Sebutan Khalilullah – yang berarti kekasih Allah bagi Ibrahim AS pun mengharuskan “bayaran tersebut”. Dalam banyak literatur yang membincangkan peristiwa ini , disebutkan bahwa Ibrahim AS mendapatkan wahyu melalui mimpi beliau yang terjadi secara berulang, sehinga dimaknai sebagai perintah Allah yang memang harus dilaksanakan. Posisi Ibrahim sebagai ayah tidak kemudian menjadikan beliau mendominasi setiap keputusan atas sang putra Ismail AS, apatah lagi yang menjadi obyek mimpi beliau adalah sang putra – Ismail AS, di sinilah kita disuguhi “drama” kearifan seorang ayah atas putranya.

                Ibrahim AS mendiskusikan wahyu yang memiliki nilai kebenaran absolut tersebut kepada sang putra , dan dialog yang sangat indah tersebut di badaikan oleh Allah dalam alquranul kariim sebagai berikut :

“ maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama sama Ibrahim, Ibrahim berkata ‘ Hai anakku, aku meliahatmu dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka fikirkan apakah pendapatmu ‘?, Ia menjawab, ‘wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaAllah engakau akan mendapatiku sebagai hamba yang sabar”
(QS Ashaffat : 102)

Subhanallah, di saat hari ini banyak orang tua mengunakan kekuatan otoritasnya atas anak anak mereka untuk kepentingan diri, kehormatan pribadi serta egoisme, justru kita bisa melihat Ibrahim telah menunjukkan diri sebagai orang tua yang sangat smart dalam mendidik dan mengawal sang putra untuk tumbuh sebagai pecinta Allah SWT. Dan lihatlah sikap Ismail AS muda, yang dengan santun menyikapi pertanyaan sang ayah dengan menyandarkan jawabannya kepada aqidah dan keimanan yang sangat kokoh, dan tentu sikap Ismail tsb tidaklah terlepas dari proses pendidikan yang dilakukan oleh sayyidah Hajar sang bunda yang memang menjadi pendidik dan pendamping utama karena sang ayah harus hidup ditempat yang berjarak 1300 km darinya (bersama sayyidah Sarah dan Ishaq AS sang putra).

Pengorbanan Ibrahim AS dan kesabaran Ismail seakan menjadi momen historis yang seharusnya senantiasa dikenang oleh kaum muslimin, yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Kecintaan Ibrahim tampak didominasi oleh sifat kehambaan yang tulus kepada Allah SWT, sehingga menempatkan perintahNya jauh di atas kecintaannya kepada makhluq (istri, anak, hrta dll), termasuk sang putra Ismail AS, meski pada akhir cerita kita dapatkan sang maha Rahman – Allah SWT kemudian menggantinya dengan seekor domba, sungguh..Allah semata hendak menguji kelayakan sang nabi untuk mendpatkan julukan kekasih Allah – Khalilullah, dan terbukti benar kaena Ibrahim berhasil memposisikan rasa cintanya secara shahih.

Aplikasi Qurban di masa ini

                Jika Ibrahim AS dimasa itu berhasil lulus dari ujian Allah terkait dengan takaran kecintaan kepada-Nya, maka hari inipun, sebenarnya kita dihadapkan kepada realitas yang hampir sama, meski dengan wujud fisik yang berbeda. Hari raya kurban memang selalu identik dengan disembelihnya domba, onta atau lembu, akan tetapi ada hikmah besar yang kadang tidak terjangkau oleh kebanyakan kaum muslimin, sehingga pemaknaan iedul adha menjadi sangat dangkal, karena tidak pernah sampai pada nilai nilai yang sesungguhnya...seakan hari raya qurban hanya sampai pada iuran pembelian kambing atau lembu di masjid masjid yang nantinya akan dibagikan kepada fuqara masakin ataupun yang lain.
Meski yang  demikian ini tidaklah salah karena unsur empati yang terekstraksi dari peristiwa tersebut juga menjadi pembelajaran kita semua, akan tetapi seharusnya kita juga mendapatkan sisi pemaknaan  yang lebih dalam sekaligus menjadi renungan bersama untuk meningkatkan kualitas kehambaan kita dihadapan-Nya

Karena , Sungguh setiap kita pastilah memiliki Ismail- Ismail dalam kehidupan ini, sesuatu yang amat Sangat kita cintai, bisa harta, kedudukan, keluarga, perniagaan dll yang kesemuanya seringkali menyita waktu dan pikiran kita, sehingga melalaikan diri ini pada hakikat penghambaan hanya kepada-Nya.

Tengoklah orang orang yang menjadikan jabatan dan status sosial sebagai Tuhan dalam kehidupan mereka, orang orang seperti ini akan memforsir seluruh potensi hidup yang dianugerahkan oleh Allah untuk mengejar nama besar, status sosial, pangkat jabatan dengan menghalalkan segala cara. Suap sana sini untuk menjadi pejabat, anggota dewan, kepala daerah dll tanpa pernah meyakini adanya balasan setelah kematian.

Pangkat, jabatan telah menutupi nurani dan fitrahnya, menjadikan dalil dalil agama sebagai legislasi semu dari tindakan mereka, demikian pula dengan para pemuja harta, apapun akan dilakukan untuk memperbanyak pundi pundi depositnya, meski Allah melarang dan membencinya.
Bagi mereka kampung akhirat hanya khayalan para agamawan, ustadz atau mubaligh (meski tidak semua ustadz/kiyai bisa bebas dari fitnah ini) yang tidak harus diyakini, dan bagi hamba hamba seperti ini hanya kematianlah yang akan bisa menghentikan ketamakannya.

Inilah Ismail-ismail kita dalam kehidupan kontemporer ini, yang seharusnya “kita sembelih” untuk menunjukkan kecintaan kita kepada Allah SWT. Menyembelih dalam makna, mendudukkan mereka secara proporsional, harta boleh dicari untu ditebar dan termanfaatkan secara benar, terbagi atas siapapun yang memiliki hak atasnya, demikian pula dengan tahta atau jabatan, yang memiliki nilai hakiki sebagai amanah yang seharusnya kita jaga sebagaimana kehendak yang memberi amnah tersebut (bukan rakyat, tetapi Allah, karena kadang kehendak mayoritas justru bertentangan dengan syari’at Allah SWT).

Buah Ramdhan yang diikuti dengan penguatan dan peneguhan selama enam hari dibulan syawal, harusnya menjadikan kita mampu berada pada posisi mencintai-Nya, lebih dari mencintai makhluq-Nya.

Kiranya semangat pengorbanan yang terpatri di bulan ini, menambah kedekatan kita kepada Allah SWT dan kecintaan kita atas-Nya..amiin ya Rabbal’alamiin.


(Penulis adalah Trainer Utama SBC Kediri dan pengasuh rubrik SAMARA di Radio Jayabaya FM)

Follow us https://twitter.com/majalahpedulium 
Like us Majalah Peduli Umat
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Sponsor

mas template
 
Support : Creating Website | Modif | Support Web
Copyright © 2011. Majalah Peduli umat - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Media Publish
Proudly powered by Blogger