Allah
SWT Dzat yang maha mencipta, menyempurnakan dan “mendidik” makhluqNya , selalu “berharap”,
kita menjadi pemenang dalam kehidupan di atas bumi-Nya ini. Bukan hanya dengan
memberi potensi terbaik atas kita, sebagaimna yang termaktub dalam At Tiin ayat
ke-4,
“ Sungguh, Kami telah menciptakan manusia
dalam sebaik baik bentuk”
Sebuah
ayat yang memberikan penegasan , tentang, betapa “seriusnya” Dia menciptakan
kita, lebih dari itu, Allah juga telah menyertakan potensi potensi pendukung
untuk tujuan di atas.
Dari
mulai disiapkannya “ segala sesuatu” untuk melengkapi dan melayani kehidupan
manusia sebagaimna yang dimaksud oleh QS Al Baqarah : 29, sampaipun pada hal
hal yang bersifat immaterial, sebagaimana yang telah kita rasakan selama
sebulan penuh mengarungi Ramadhan 1434 H.
Sebuah
bulan yang di “cipta” oleh-Nya untuk “memoles” makhluq yang bernama manusia ini
, untuk sampai pada “kesempurnaan” seorang hamba , sebagaimana awal tujuan
penciptaanNnya...
“Dan
tidaklah kami menciptakan Jin dan Manusia, KECUALI untuk beribadah kepada-Ku”
(QS
Adz Dzariaat : 56)
Ini
merupakan Ayat yang mendeklarasikan visi penciptaan Tuhan atas kita.
Ramadhan
ada sebagai wasilah untuk mewujudkan tujuan tersebut, mengembalikan fungsi
kehambaaan kita yang sebenarnya, menggerus takabur, sombong, ego, dll yang
biasanya menjadi penghalang baginya untuk mengenal Tuhannya,
mentaqdsikannya,dan menyembahnya.
Menjadi
hamba meniscayakan kita menggantungkan hidup hanya kepada-Nya, sebagaimana yang
termaktub dalam surah al fatihah:
“hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya
kepada-Mu sajalah kami memohon pertolongan”
Ramadhan,
selalu ibarat diterjen, dengan kemampuan dan kualitas membersihkan segala
kotoran hati dengan cara yang luarbiasa, yang ujung ujungnya akan menghantarkan
kita semua pada derajat puncak seorang hamba yakni gelar MUTTAQIEN..(bertaqwa,
yang secara bahasa diartikan sebagai hamba yang memiliki komitmen menjauhi
selluruh larangan Allah dan mejalankan seluruh perintahNya, tenpa berhitung
untung rugi karena keyakinan yang ututh , bahwa semua perintah-Nya pastilah
membawa manfaat dan kebaikan bagi diri, keluarga dan ummat ).
Bahkan Allah pun, telah meng i’lankan,
bahwasannya dengan Ramadhan segala dosa dan kesalahan yang telah diakumulasi
manusia selama tahun sebelumnya akan terhapus dengan shaum ramadhan yang
dilakukan tentunya dengan hanya berharap keridhaanNya, sebagaimana yang
disabdakan Rasulullah SAW :
“Barangsiapa
yang berpuasa di bulan Ramadhan, dengan penuh keikhlasan dan hanya berharap
balasan Allah, akan dihapus dosa-dosanya yang telah lalu”
(Al
Hadis)
Maka
dengan asumsi seperti inilah diharapkan saat syawal menjelang, diri kita layak
mendapatkan predikat sebagai pemenang, tentu setelah melengkapi sebulan shaum
Ramadhan kita dengan zakat fitrah tentunya, sebuah bentuk ibadah sosial yang
meniscayakan kita, menebar empati secara materi kepda siapapun yang
membutuhkannya.
Pembaca
yang dimuliakan Allah..,
Tahukah
kita, bahwa saat Rasul SAW yang mulia bersama 10.000 sahabat RA memasuki Makkah
pada peristiwa penakhlukan kota makkah (fathul makkah), yang terdengar dari
lisan para sahabat radhiallahuanhum saat itu adalah kalimat :
“Allahuakbar
allahuakbar allahuakbar..Laailaahailllallah huawallahuakbar Allahuakbar
walillahilham”
“Allah
maha besar Allah maha besar Allah maha besar, Tiada Tuhan selain Allah, Dialah
Allah yang maha besar, Allah maha besar dan segala puji hanya atasNya”
Sebuah
kalimat yang terlantun dalam rangka memuji-Nya, meng-Esa-kannya dan
membesarkanNya...
Sekaligus
pada saat yang sama memunculkan pengakuan tentang kerendahan hati, penghambaan
dan pengakuan atas segala kelemahan diri.
Maka
syawal yang tidak diiringi oleh munculnya sifat sifat fitrah kehambaan kita,kerendah
hatian, kerelaan menerima perintah Allah, tidaklah layak
disebut sebagai hari kemenangan.
Masalah
yang biasanya muncul kemudian adalah , bagaimana agar kita bisa memelihara
nuansa Ramdhan dalam bulan bulan setelahnya..?
(kadang
kekuatan ramadhan hanya bertahan satu , dua bulan setelahnya, dan hilang saat
memasuki bulan ketiga setelah ramadhan)
Jika
ramadhan diangap sebagai bulan pembentukan
karakter (baik yang) baru, utamanya karakter sebagai hamba, maka kita bisa
melihat bahwa proses pembentukan karakter itu selalu melewati bebrapa marhalah
/ tahapan, dimulai dari memunculkan niatan ( sebagaimana dinyatakan oleh
Rasulullah SAW bahwa shaum Ramdhan tanpa niat tidak akan sah, maka demikian
pula posisi penting niat tersebut dalam rangkah merubah karakter diri).
Tak
cukup hanya dengan kuatnya niat, melainkan harus diikuti dengan kerasnya
ikhtiyar / usaha , karena hanya dengan usaha yang sungguh sungguh sajalah
Nasrullah layak kita dapatkan, sebagaimana yang termaktub di dlam QS Ar Ra’du
ayat 11:
“Sesungguhnya
Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sebelum kaum tersebut (bersungguh
sungguh) berupaya merubah dirinya”
Ya..hanya
niat yang teraplikasi dalam usaha sungguh sungguhlah yang mampu menjemput
takdir terbaik dari Allah, dan Ramadhan telah mengajarkan itu kepada kita,
kuatnya niat yang menghalangi kita bahkan untuk melkukan sesuatu yang pada
awalnya bernilai mubah (makan, minum dll). Dan tentunya sebuah usaha yang
dilakukan secara istiqamah/ terus menerus, karena hanya dengan mengulang ulang
sebuah aktifitas (kebaikan dalam hal ini), kita akan me”manen”nya menjadi
sebuah karakter baru bagi diri kita.
Pada
akhirnya, kita meyakini bahwa kemenagn syawal pastilah akan diraih oleh
siapapun yang memiliki kesungguhan niat, ikhtiyar dan istiqamah di dlamnya.
Kiranya Allah menjadikan kita semua bagian dari para memenang Ramdhan 1434 H
tahun ini, sehingga akan berdampak positif terhadap keseluruhan kehidupan kita.
[MPU]
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !